1. TIPS DAN LANGKAH PENYEMAIAN BIJI GAHARU
Jika anda sangat berminat untuk berbudidaya tentu saja akan berusaha mengenali seperti apa gaharu itu, mempelajari, memahamai dan kemudian mengembangkan. Karena gaharu saat ini
tidak kalah banyak penggemarnya sebagai tanaman yang pantas untuk dijadikan tanaman perkebunan seperti halnya kelapa sawit dan karet. Namun untuk itu semua diperlukannya tekhnik dasar bagaimana melakukan penyemaian biji gaharu itu sendiri dengan benar.
Gambar ini merupakan biji gaharu, usia penyemaian sekitar 15 sd 20 hari. Sementara biji gaharu sendiri sangat rentan terhadap serangan jamur, berdasarkan alasan dan pengalaman inilah mengapa 1 pohon (induk gaharu) berukuran besar yang mengugurkan biji pada musim buah ternyata yang tumbuh menjadi tunas baru tidak sebanding dengan jumlah ribuan biji yang dimiliki oleh pohon tersebut.
Sebagai dasar perlu anda ketahui bahwa usia maksimal biji gaharu setelah dikupas hanya mampu bertahan dari serangan jamur paling lama 1 minggu dalam kondisi dengan udara terbuka. Kemudian jumlah rata-rata dalam 1 kg yaitu sekitar 17.000 biji dengan estimasi tingkat kemampuan hidup 60% hingga 70%.
Berikut ini TIPS dan langkah penyemaian biji gaharu adalah :
1. Rendam biji Gaharu dengan larutan anti jamur (dense, amistartop atau Dithane M-45)
selama 30 menit dengan konsentrasi larutan 5 ml / 5 liter air. dan rendam kembali Biji
dengan pupuk perangsang tumbuh (dapat dibeli di toko pertanian)
dengan waktu 15 menit
2. Persiapkan bidang tanah yang telah di ayak halus dengan ketebalan
10 s/d 20 cm sebagai tempat tumbuhnya bibit gaharu.
3. Siram bidang tanah yang telah di persiapkan tadi dengan pupuk KOMPOS
dengan perbandingan konsentrasi larutan 20 gr hingga 25 gr pupuk per 15 liter air.
4. Diamkan tanah yang telah disemprot dengan pupuk tadi selama 5 s/d 7 hari.
5. Taburkan biji gaharu yang telah diremdam larutan anti jamur tadi ke atas bidang semai.
Tutup kembali biji yang telah ditabur diatas persemaian dengan tanah yang telah diayak
halus dengan ketebalan 1 cm diatas permukaan biji.
6. Kelembaban air di dalam penyemaian bibit agar diatur sebesar 40% dari eksensitas
cahaya matahari (buat lindungan atap diatas persemaian)
7. Penyemprotan anti jamur (Amistartop / Sygenta) pada lahan semai bibit tetap
dilakukan sampai usia bibit berumur antara 21 hari s/d 27 hr (2-3 hr sekali)
dalam semai dgn perbandingan larutan 1 ml/liter air
(gunakan alat penyemprot tangan dan jangan gunakan sprayer)
8. Pindahkan benih tanaman ke dalam polybag setelah berumur 27 s/d 1 bulan
Berikut ini TIPS dan langkah penyemaian biji gaharu adalah :
1. Rendam biji Gaharu dengan larutan anti jamur (dense, amistartop atau Dithane M-45)
selama 30 menit dengan konsentrasi larutan 5 ml / 5 liter air. dan rendam kembali Biji
dengan pupuk perangsang tumbuh (dapat dibeli di toko pertanian)
dengan waktu 15 menit
2. Persiapkan bidang tanah yang telah di ayak halus dengan ketebalan
10 s/d 20 cm sebagai tempat tumbuhnya bibit gaharu.
3. Siram bidang tanah yang telah di persiapkan tadi dengan pupuk KOMPOS
dengan perbandingan konsentrasi larutan 20 gr hingga 25 gr pupuk per 15 liter air.
4. Diamkan tanah yang telah disemprot dengan pupuk tadi selama 5 s/d 7 hari.
5. Taburkan biji gaharu yang telah diremdam larutan anti jamur tadi ke atas bidang semai.
Tutup kembali biji yang telah ditabur diatas persemaian dengan tanah yang telah diayak
halus dengan ketebalan 1 cm diatas permukaan biji.
6. Kelembaban air di dalam penyemaian bibit agar diatur sebesar 40% dari eksensitas
cahaya matahari (buat lindungan atap diatas persemaian)
7. Penyemprotan anti jamur (Amistartop / Sygenta) pada lahan semai bibit tetap
dilakukan sampai usia bibit berumur antara 21 hari s/d 27 hr (2-3 hr sekali)
dalam semai dgn perbandingan larutan 1 ml/liter air
(gunakan alat penyemprot tangan dan jangan gunakan sprayer)
8. Pindahkan benih tanaman ke dalam polybag setelah berumur 27 s/d 1 bulan
2. YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENANAM POHON GAHARU:
• TANAH
Petani tidak perlu bingung mengenai struktur tanah untuk menanam Pohon Gaharu karena pohon ini bersifat tidak memilih tanah yang terpenting tanah tidak terendam air seperti sawah/rawa dan tanah berpasir.
• POLA TANAM POHON GAHARU
1.POLA TANAM MONOKULTUR
• Satu areal lahan perkebunan khusus ditanami Pohon Gaharu
• Jarak tanam yang dapat digunakan antar pohon boleh 1m x 1m, 2m x 2m,
3m x 3m (menyesuaikan lahan yang ada)
•Setelah bibit ditanam perlu perawatan ekstra selama 6 - 12 bulan karena pohon ini adalah jenis yang perlu naungan / teduhan (40%-60% cahaya).
Hindari cahaya matahari langsung mulai pukul 10.00 s.d 15.00.
2.POLA TANAM TUMPANG SARI
•Menanam pohon gaharu di sela-sela tanaman lainnya
•Penanaman Tumpang Sari bersama dengan pohon sawit, karet, sengon, jabon, mahoni,dapat juga ditanam bersama tanaman pertanian lainnya seperti cabai, buah-buahan, tomat,singkong, jagung, dll
•Pohon Gaharu dapat pula ditanam disekeliling pekarangan rumah, Masjid, Sekolahan, Perkantoran atau disekeliling kolam ikan dan peternakan
•Dengan cara ini di sela-sela lahan yang kosong dapat kita manfaatkan semaksimal mungkin sambil menunggu 5 - 6 tahun untuk panen Gaharu.
3.IKLIM DAN KELEMBAPAN TANAH
suhu yang sesuai adalah antara 27°C hingga 32°C dengan jenis tanah yang sesuai adalah jenis lembut / gembur dan liat berpasir dengan pH tanah antara 4.0 hingga 6.0 ketinggian lahan tanam 0 - 1.200 meter dpl.
3.IKLIM DAN KELEMBAPAN TANAH
suhu yang sesuai adalah antara 27°C hingga 32°C dengan jenis tanah yang sesuai adalah jenis lembut / gembur dan liat berpasir dengan pH tanah antara 4.0 hingga 6.0 ketinggian lahan tanam 0 - 1.200 meter dpl.
3. CARA MENANAM POHON GAHARU
1.Buat lubang untuk menanam bibit gaharu dengan ukuran 40 cm x 40cm x 40cm
2.Isi lubang dengan pupuk kandang atau kompos
sebanyak 2 sampai 5 kg dicampur dengan tanah
sebanyak 2 sampai 5 kg dicampur dengan tanah
3.Diamkan selama 1 sampai 2 minggu agar lubang tanam beraerasi dengan udara dan bibit siap untuk di tanam.
Pemeliharaan/Penyiangan tanaman Gaharu
Pemeliharaan / penyiangan tanaman dapat dilakukan setiap 4 bulan sekali
(bila dianggap perlu, sebab Gaharu adalah tanaman yang berhabitat Hutan)
(bila dianggap perlu, sebab Gaharu adalah tanaman yang berhabitat Hutan)
4. HAMA TANAMAN
Tanaman gaharu semula adalah tanaman yang hidup di hutan dengan ekosistem yang stabil. Pada saat tanaman gaharu sudah dibudidayakan, maka kemudian kita identifikasikan ada serangan hama yang sangat signifikan, yaitu ulat daun. Serangan tersebut belum secara signifikan sebelumnya. Akan tetapi pada musim hujan yang berkepanjanagn tahun 2009 dan 2010 telah menyebabkan serangan yang fatal sehingga menyebabkan banyak tanaman mati. Serangan bisa kita ketahui ketika kita menyaksikan benyak bergelantungan ulat-ulat ketika kita mengunjungi tanaman gaharu. Kalau kita perhatikan lebih seksama, pada dedaunan pohon gaharu sudah terdapat gerombolan-gerombolan ulat yang sedang beraktivitas. Pada saat serangan berat maka daun terlihat meranggas dan tertinggal tulang daun. Pohon gaharu biasanya akan kembali recovery dengan tumbuh tunas-tunas baru. Hanya saja harus diwaspadai bahwa akan terjadi serangan berikutnya yang menyebabkan daun belum berkembang sempurna dan kemudian dimakan kembali hingga tidak bersisa. Pohon akhirnya tidak bisa bertahan karena suplai makanan dari daun secara drastis berkurang.
Tanaman gaharu semula adalah tanaman yang hidup di hutan dengan ekosistem yang stabil. Pada saat tanaman gaharu sudah dibudidayakan, maka kemudian kita identifikasikan ada serangan hama yang sangat signifikan, yaitu ulat daun. Serangan tersebut belum secara signifikan sebelumnya. Akan tetapi pada musim hujan yang berkepanjanagn tahun 2009 dan 2010 telah menyebabkan serangan yang fatal sehingga menyebabkan banyak tanaman mati. Serangan bisa kita ketahui ketika kita menyaksikan benyak bergelantungan ulat-ulat ketika kita mengunjungi tanaman gaharu. Kalau kita perhatikan lebih seksama, pada dedaunan pohon gaharu sudah terdapat gerombolan-gerombolan ulat yang sedang beraktivitas. Pada saat serangan berat maka daun terlihat meranggas dan tertinggal tulang daun. Pohon gaharu biasanya akan kembali recovery dengan tumbuh tunas-tunas baru. Hanya saja harus diwaspadai bahwa akan terjadi serangan berikutnya yang menyebabkan daun belum berkembang sempurna dan kemudian dimakan kembali hingga tidak bersisa. Pohon akhirnya tidak bisa bertahan karena suplai makanan dari daun secara drastis berkurang.
1. Telur
Ngengat meletakkan telurnya yang berwarna putih kekuning-kuningan yang akan segera berubah menjadi kuning ke- hijau-hijauan dalam bentuk kluster pada bagian bawah permukaan daun yang mu- da pada cabang tanaman yang dekat dengan permukaan tanah, jumlah telur yang dihasilkan per imago betina berkisar antara 350-500. Telur akan menetas sekitar 10 hari (Kalita et al., 2002)
2. Larva/Ulat
Ulat H. vitessoides pada instar perta- ma berwarna kuning pucat dan pada in- star selanjutnya menjadi hijau kekuning- kuningan, ulat ini terdiri dari 5 instar dan berlangsung selama 23 hari. Larva instar terakhir pada saat akan berkepompong mulai berhenti makan dan ulat turun ke permukaan tanah untuk berkepompong.
Ngengat meletakkan telurnya yang berwarna putih kekuning-kuningan yang akan segera berubah menjadi kuning ke- hijau-hijauan dalam bentuk kluster pada bagian bawah permukaan daun yang mu- da pada cabang tanaman yang dekat dengan permukaan tanah, jumlah telur yang dihasilkan per imago betina berkisar antara 350-500. Telur akan menetas sekitar 10 hari (Kalita et al., 2002)
2. Larva/Ulat
Ulat H. vitessoides pada instar perta- ma berwarna kuning pucat dan pada in- star selanjutnya menjadi hijau kekuning- kuningan, ulat ini terdiri dari 5 instar dan berlangsung selama 23 hari. Larva instar terakhir pada saat akan berkepompong mulai berhenti makan dan ulat turun ke permukaan tanah untuk berkepompong.
3. Pupa
Larva instar terakhir sebelum berke- pompong akan berhenti makan dan turun ke permukaan tanah dengan bantuan be- nang sutera yang dihasilkannya. Ulat akan membungkus dirinya dengan butir- an-butiran tanah atau serpihan-serpihan serasah yang ada di permukaan dengan bantuan benang-benang suteranya. Stadi- um pupa berkisar 8 hari (Kalita et al., 2002)
Larva instar terakhir sebelum berke- pompong akan berhenti makan dan turun ke permukaan tanah dengan bantuan be- nang sutera yang dihasilkannya. Ulat akan membungkus dirinya dengan butir- an-butiran tanah atau serpihan-serpihan serasah yang ada di permukaan dengan bantuan benang-benang suteranya. Stadi- um pupa berkisar 8 hari (Kalita et al., 2002)
4. Ngengat
Serangga dewasa berbentuk ngengat yang aktif pada waktu malam. Ngengat betina dapat meletakkan telur sebanyak
350-500. Stadium ngengat berkisar seki- tar 4 hari (Kalita et al., 2002).
(sumber : Ragil SB dkk, Puslitbang Kehutanan)
Pengendalian Hama
A. Jangka Pendek
1. Mekanis
Pengendalian mekanis merupakan pengendalian yang sangat sederhana, su- dah populer di tingkat petani, yaitu de- ngan cara mengambil ulat atau telur yang ada di tanaman tersebut. Pengendalian dengan cara ini mudah diaplikasikan ter- utama pada pesemaian atau bibit yang ba- ru dua tahun, dimana tanaman masih bisa dijangkau oleh orang dengan berdiri tanpa bantuan alat.
2. Kimiawi
Pengendalian kimiawi dapat dilaku- kan dengan insektisida kontak, sistemik atau dengan insektisida yang berbahan aktif mikroorganisme, seperti Beauveria bassiana atau Bacillus thuringiensis. Karena hama ini memakan daun dan pada serangan berat umumnya tanaman gundul, maka disarankan pada saat penyemprotan dikombinasikan dengan pemupukan lewat daun dengan pupuk daun seperti gandasil, growmore, dan lain-lain untuk merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru.
3. Nabati
Pengendalian nabati merupakan pengendalian yang cukup sederhana dan dapat dilakukan oleh petani sendiri dengan mengambil bahan-bahan yang ada di sekitar lokasi penanaman tanaman gaharu.
B. Jangka Menengah
1. Predator Rangrang
Semut rangrang (Oecophylla smaradigna) merupakan serangga yang mudah ditemukan di pepohonan di perkampungan seperti tanaman nangka, rambutan, melinjo, durian, dan lain-lain. Pencarian sarang semut rangrang yang memiliki ratu merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam perkembangan populasi serangga tersebut dalam jangka panjang
(Mele et al., 2004 and Mele, 2008).
C. Jangka Panjang
1. Musuh Alami
Musuh alami, baik parasit maupun predator dari serangga perusak daun tanaman penghasil gaharu H. vitessoides merupakan suatu cara pengendalian yang sangat diharapkan dalam jangka panjang.
2. Teknik Silvikultur
Pengendalian dengan cara teknik silvikultur merupakan salah satu cara pengendalian yang sudah menyatu dengan penanaman suatu tanaman dan termasuk pengendalian yang sudah cukup dikenal oleh petani. (sumber : Ragil SBI dkk, Puslitbang Kehutanan)
5. Pemupukan Tanaman gaharu
Gaharu merupak tanaman asli hutan tropis yang banyak tumbuh di belahan Bumi Indonesia..... klik disini ......untuk lanjut membaca
Gaharu merupak tanaman asli hutan tropis yang banyak tumbuh di belahan Bumi Indonesia..... klik disini ......untuk lanjut membaca